23 Maret 2013,
Earth Hour massal dilakukan serentak di banyak belahan dunia, terutama kota-kota di Indonesia. Earth Hour sendiri adalah gerakan mematikan lampu selama "60+" pada pukul 20.30 pada tanggal 23 Maret di seluruh dunia. Dan tinggal persepsi kita sendiri untuk menerjemahkan arti dari "60+" itu sendiri.
Apakah saya mendukung earth hour? Tidak. Kenapa?
Pertama, Earth Hour disini hanyalah event tahunan dimana kita diharuskan untuk mematikan lampu dengan tujuan untuk mengurangi kadar CO2 yang ada di bumi. Terus apakah hanya dengan kegiatan setahun sekali dan cuma beberapa menit hal itu mempunyai dampak signifikan terhadap kandungan CO2 bumi?. Analogikan saja orang yang tak pernah berolahraga. Ketika kita melakukan olahraga selama satu jam apakah kita langsung mendapat badan sixpack? Tidak.
Kedua, Earth Hour sekarang ini sudah tidak murni event penyelamatan bumi. Setelah dilakukan beberapa kali di tiap tahunnya. orang-orang semakin mengenal adanya Earth Hour. Mereka sudah tahu apa itu dan bagaimana itu. Disini banyak yang memanfaatkannya untuk mencari untung, baik untung secara finansial atau nama yang tambah dikenal. Dalam rangkaian Earth Hour biasanya terdapat suatu sesi ceremony dimana sesi ini adalah semacam sesi hiburan. Dan untuk sesi semacam ini tentu saja tidak membutuhkan sedikit dana. Untuk acara yang diselenggarakan oleh organisasi non-profit hal ini akan dimanfaatkan untuk menanamkan "dana". Mulai dari pemberian sponsor sampai peminjaman tempat untuk ceremony. Dan tentu saja selain menambah cita rasa cinta lingkungan kepada sponsor pendapatan yang masuk setidaknya "lebih baik daripada kosong".
Ketiga, Saya kecewa saja sama acara yang untuk acara hemat energi kenapa malah pakai ribet-ribet ceremony yang kalau dihitung dibanding jumlah listrik yang mati pas earth hour itu nihil atau bisa saja lebih besar. Ini acara apa? hemat energi dengan mematikan listrik kan? terus kenapa anda malah boros-borosin listrik pake acara band-bandan segala?
Keempat, ajang earth hour sendiri saat ini merupakan ajang eksistensi. Mereka yang rela ribet-ribet jadi panitia pasti ada juga yang lupa matiin AC apa lampu dikamar. Dari banyak panitia pasti banyak yang ikutan karena diajak terus ngerasa asik tanpa tau arti sebenernya. Dan setelah tahu di dalamnya mereka jadi dikenal, tahu banyak orang penting dan akhirnya ikut bersemangat dalam acara. Memang tidak ada yang salah dengan tujuan seperti itu. Tapi kalo niatnya jadi seperti itu saya jadi tidak respect.
Dan terakhir, kelima. Earth Hour sendiri menurut saya bukanlah event tahunan. Tapi suatu hidup hemat energi dimana tidak harus jam itu kita mematikan lampu. Tapi dimana kita bisa melakukan hal-hal yang bersifat hemat energi di setiap waktu. Tidak harus mematikan lampu, tapi mematikan yang tidak digunakan. Dan saya memilih tidak ikut karena saya bisa melakukan earth Hour di lain hari dan pada waktu itu adalah jam-jam produktif. Dimana jam 20.30 adalah jam orang belum tidur dan masih bisa bercengkrama dengan orang-orang.
Earth Hour sendiri pada awalnya adalah konsep yang bagus. Tapi seiring berjalannya waktu perkembangan Earth Hour sendiri jadi salah. Earth Hour sendiri tidak dikembangkan sebgai pola hidup, tapi ajang tahunan yang digunakan untuk menunjukkan keeksistensian daerah sendiri dibanding dengan daerah lain atau negara dengan negara lain. Padahal melihat banyaknya Earth Hour dikenal masyarakat saat ini, mereka dapat dengan mudah menanamkan pola hidup hemat energi. Sehingga misi penyelamatan bumi tidak hanya sekedar wacana tiap tahun.
Mereka yang banyak beredar di media sosial terutama anak muda usia pelajar adalah sasaran yang Ideal. Dimana pada usia itu adalah usia "ikut-ikutan". Mereka mengikuti apa saja yang terlihat keren. Disini seharusnya para panitia dapat memanfaatkan pandangan dari anak muda yang sudah menilai bahwa Earth Hour itu adalah sesuatu yang keren dengan sosialisasi agar pola hidup hemat dapat tertanam. Orang tua yang biasanya malas untuk berhemat dengan melihat anaknya yang berhemat energi mereka akan terlihat lebih memaklumi dan berusaha untuk mendukung anaknya.
Dan bayangkan saja jika event ini dihapuskan di setiap tahunnya tetapi pola Earth Hour dapat ditanamkan pada Masyarakat. Manakah yang lebih banyak 1x1x60 atau 3x365x60?
Earth Hour massal dilakukan serentak di banyak belahan dunia, terutama kota-kota di Indonesia. Earth Hour sendiri adalah gerakan mematikan lampu selama "60+" pada pukul 20.30 pada tanggal 23 Maret di seluruh dunia. Dan tinggal persepsi kita sendiri untuk menerjemahkan arti dari "60+" itu sendiri.
Apakah saya mendukung earth hour? Tidak. Kenapa?
Pertama, Earth Hour disini hanyalah event tahunan dimana kita diharuskan untuk mematikan lampu dengan tujuan untuk mengurangi kadar CO2 yang ada di bumi. Terus apakah hanya dengan kegiatan setahun sekali dan cuma beberapa menit hal itu mempunyai dampak signifikan terhadap kandungan CO2 bumi?. Analogikan saja orang yang tak pernah berolahraga. Ketika kita melakukan olahraga selama satu jam apakah kita langsung mendapat badan sixpack? Tidak.
Kedua, Earth Hour sekarang ini sudah tidak murni event penyelamatan bumi. Setelah dilakukan beberapa kali di tiap tahunnya. orang-orang semakin mengenal adanya Earth Hour. Mereka sudah tahu apa itu dan bagaimana itu. Disini banyak yang memanfaatkannya untuk mencari untung, baik untung secara finansial atau nama yang tambah dikenal. Dalam rangkaian Earth Hour biasanya terdapat suatu sesi ceremony dimana sesi ini adalah semacam sesi hiburan. Dan untuk sesi semacam ini tentu saja tidak membutuhkan sedikit dana. Untuk acara yang diselenggarakan oleh organisasi non-profit hal ini akan dimanfaatkan untuk menanamkan "dana". Mulai dari pemberian sponsor sampai peminjaman tempat untuk ceremony. Dan tentu saja selain menambah cita rasa cinta lingkungan kepada sponsor pendapatan yang masuk setidaknya "lebih baik daripada kosong".
Ketiga, Saya kecewa saja sama acara yang untuk acara hemat energi kenapa malah pakai ribet-ribet ceremony yang kalau dihitung dibanding jumlah listrik yang mati pas earth hour itu nihil atau bisa saja lebih besar. Ini acara apa? hemat energi dengan mematikan listrik kan? terus kenapa anda malah boros-borosin listrik pake acara band-bandan segala?
Keempat, ajang earth hour sendiri saat ini merupakan ajang eksistensi. Mereka yang rela ribet-ribet jadi panitia pasti ada juga yang lupa matiin AC apa lampu dikamar. Dari banyak panitia pasti banyak yang ikutan karena diajak terus ngerasa asik tanpa tau arti sebenernya. Dan setelah tahu di dalamnya mereka jadi dikenal, tahu banyak orang penting dan akhirnya ikut bersemangat dalam acara. Memang tidak ada yang salah dengan tujuan seperti itu. Tapi kalo niatnya jadi seperti itu saya jadi tidak respect.
Dan terakhir, kelima. Earth Hour sendiri menurut saya bukanlah event tahunan. Tapi suatu hidup hemat energi dimana tidak harus jam itu kita mematikan lampu. Tapi dimana kita bisa melakukan hal-hal yang bersifat hemat energi di setiap waktu. Tidak harus mematikan lampu, tapi mematikan yang tidak digunakan. Dan saya memilih tidak ikut karena saya bisa melakukan earth Hour di lain hari dan pada waktu itu adalah jam-jam produktif. Dimana jam 20.30 adalah jam orang belum tidur dan masih bisa bercengkrama dengan orang-orang.
Earth Hour sendiri pada awalnya adalah konsep yang bagus. Tapi seiring berjalannya waktu perkembangan Earth Hour sendiri jadi salah. Earth Hour sendiri tidak dikembangkan sebgai pola hidup, tapi ajang tahunan yang digunakan untuk menunjukkan keeksistensian daerah sendiri dibanding dengan daerah lain atau negara dengan negara lain. Padahal melihat banyaknya Earth Hour dikenal masyarakat saat ini, mereka dapat dengan mudah menanamkan pola hidup hemat energi. Sehingga misi penyelamatan bumi tidak hanya sekedar wacana tiap tahun.
Mereka yang banyak beredar di media sosial terutama anak muda usia pelajar adalah sasaran yang Ideal. Dimana pada usia itu adalah usia "ikut-ikutan". Mereka mengikuti apa saja yang terlihat keren. Disini seharusnya para panitia dapat memanfaatkan pandangan dari anak muda yang sudah menilai bahwa Earth Hour itu adalah sesuatu yang keren dengan sosialisasi agar pola hidup hemat dapat tertanam. Orang tua yang biasanya malas untuk berhemat dengan melihat anaknya yang berhemat energi mereka akan terlihat lebih memaklumi dan berusaha untuk mendukung anaknya.
Dan bayangkan saja jika event ini dihapuskan di setiap tahunnya tetapi pola Earth Hour dapat ditanamkan pada Masyarakat. Manakah yang lebih banyak 1x1x60 atau 3x365x60?