Dalam profil saya tercantum kata "Penikmat" , "Musik" dan "Manchester United". Dengan adanya kata-kata tersebut tertulis dapat diartikan selain saya sebagai pecinta musik saya juga sebagai pecinta Manchester United, sebuah Football Club di Manchester, Musuh dari Manchester City, Liverpool dan Oasis serta teman dari The Stone Roses dan Usain Bolt.
Bukan masalah bola yang akan saya bicarakan disini tapi masalah perkembangan musik saat ini. Entah ini tiba-tiba menyisip masuk dalam pikiran sejak kapan, tapi menurut saya saat ini Musik itu sudah seperti dengan Sepak bola. Bukan masalah tendang-tendangan ataupun transfer pemain yang kadang kontroversial. Tapi lebih ke bagaimana tiba-tiba fans yang tiba-tiba naik drastis ketika artis tersebut baru banyak disorot oleh media ataupun mau berkunjung ke negara. Hal itu layaknya fans bola yang tiba-tiba naik apabila baru saja memenangi sebuah Liga atau Cup.
"Karbitan" istilah saat ini yang banyak berkembang di sosial media. Istilah yang diberikan kepada fans yang tiba-tiba muncul ketika timnya sedang bagus dan menghilang ketika timnya kalah. Beli jersey walaupun KW, sering nge-twit hashtag slogan klub kesayangan di twitter yang padahal kalau ditanya artinya ataupun disuruh menyanyikan anthemnya belum tentu bisa. Begitu juga dengan musik, ketika ada berita bahwa suatu artis mau berkunjung ke Indonesia. Zzzzaaappp... Semuanya tiba-tiba masuk dalam euforia itu, tak hanya orang yang sudah menunngu lama sekali akan artis itu datang ke negaranya tapi juga yang sebelumnya sama sekali tidak tahu menjadi ikut-ikutan masuk kedalam euforia. Rajin posting "#np" dengan artis tersebut dalam twitter, path, tumblr, facebook dan sebagainya.
Yang benar-benar terjadi adalah ketika berita Sigur Ros yang pada tour sebelumnya mengikutkan singapura sebagai destinasi dan melewatkan Indonesia akan mengadakan lawatan musik ke Indonesia. Serontak beberapa yang saya follow baik di Twitter, Path ataupun lainnya sibuk memposting tentang sigur ros, yang ketika sebelum-sebelumnya tak pernah saya melihat adapun lagu sigur ros yang terputar. Bahkan ada teman saya yang sampai nge-bbm buat minta dikirimin lagu sigur ros. Dan ironisnya setelah beberapa minggu berselang, semuanya kembali anteng. Jarang dan bahkan hampir tidak ada hestek "#np sigur ros" di linimasa twitter, yang sebelumnya bertanya dan meminta lagunya sudah tidak ketahuan.
Di satu sisi ini merupakan suatu yang bagus ketika banyak orang mulai ikut mendengarkan musik yang memang bagus tapi di satu sisi saya agak merasa ini hanya sebuah fenomena sosial biasa. Mencoba meng-eksis-kan diri pada yang heboh, seolah ingin berkata "lihat nih, gue juga tau musik kayak gini" dan sudah kemudian selanjutnya sepi.
Dalam hati kadang pengen juga nge-reply "lu tau lagu ini nggak? gimana menurut lo?" dan pengen tau aja yang menurut saya sebagai pendengar baru bagaimana respon-nya. Tapi berhubung berprasangka buruk itu tidak dianjurkan baik oleh agama dan orang tua saya hal itu hanya menjadi angan-angan saja. Itu seperti bilang "tumben sholat" pada orang yang jarang sholat. Kalau orangnya menerima itu bagus, tapi kalau yang tiba-tiba menjadi demotivasi? Begitu juga dengan ini, kita hanya bisa berprasangka baik bahwa orang itu memang sudah tau atau beneran memang ingin mencoba untuk tau.
Dan disini bukan saya sebagai orang yang sangat tau, tapi disini hanya mengamati apa yang ada di kejadian sekitar dunia maya. Berharap pendengar yang ikut-ikutan mendengar musik yang bagus itu semakin banyak di dunia ini. Karena semua itu memang berasal dari ikut-ikutan dan mungkin ada baiknya kalau sebagai yang lebih mengetahui ikut membantu. Sehinnga yang tadinya dicap "karbitan" akan menjadi "matang" dengan sendirinya.
0 comments:
Post a Comment